Pertama-tama ayo kita kenalan dulu sama buku terbaru
Akiyoshi sensei yang berjudul Absolute Justice. Dari judulnya kita udah tahu
kalo buku ini bertema tentang ‘hukum’ tapi hukum yang bagaimana? Hukum disini
menceritakan tentang hukum yang benar-benar hukum, maksudnya? Jadi si pemeran
utama benar-benar memanfaatkan hukum atau mempelajari hukum untuk menghakimi
orang-orang yang bersalah disekitarnya, namun hal yang aneh adalah, dia terlalu
berlebihan, dia menggunakan hukum atau pengetahuannya tentang hukum untuk
hal-hal sepele yang seharusnya bisa di tolerir. Tapi baginya yang salah tetap
salah mau sekecil apapun dan saat ia berhasil membuktikan bahwa orang itu bersalah,
ia seakan mendapat kenikmatan yang besar atau semacam kepuasan gitu.
Dari awal baca, udah bakal nebak sih, pemeran utamanya bakal
jadi orang yang nyebelin, membuat pembaca geregetan dan malah mendukung
teman-teman pemeran utama yang akhirnya membunuh pemeran utama karena
kelakuaannya yang amat sangat taat kepada hukum dan mencampuri kehidupan
mereka.
Ceritanya menarik tapi entah moodku yang lagi jelek atau
gimana, aku ngerasa buku ini biasa aja. Ngga tau kenapa, padahal tema nya dan
alurnya menarik dibanding silence, tapi aku malah lebih suka silence di banding
absolute justice. Apa karena aku mulai bosen gitu ya, sama buku-buku Akiyoshi?
Kejutan diakhir ceritanya pun, menurutku bagus tapi rasanya ada yang kurang
aja.
Kayaknya karena aku udah sering nonton drama korea tentang
‘hukum’ jadi ngga terlalu mengejutkan kali ya? Bisa jadi kayak gitu, tadinya
juga aku pikir-pikir lagi buat beli buku ini karena tema yang diangkat tentang
apa yang udah sering aku liat di film maupun drama dan ternyata, ya emang kaya
gitu. Ceritanya mengandalkan cacatnya hukum itu sendiri dan orang jahat yang
expert tentang hukum yang memanfaatkannya untuk kesenangan dan keuntungan diri
sendiri. Kebayang kan?
Oke, now waktunya spoiler. Dari atas juga udah spoiler sih
wkwk… ini spoiler yang bener-bener spoiler.
Jadi dibuku ini, awal cerita itu berlatar belakang di sekolah SMA, ada satu murid saat orientasi siswa baru yang ngga pernah berbaur dengan
yang lain namanya Noriko. Si Noriko inilah si pemeran utama yang gila banget
sama hukum. Kemudian ada 4 atau 5, kalo ngga salah 4 anak perempuan yang
mengajak dia berteman. Hari-hari berlalu dengan biasa, karena Noriko itu siswi
yang pintar, ke 4 temennya seneng berteman sama dia, semakin lama mereka tahu
kalo Noriko bukan hanya pintar tapi juga sangat disiplin, bahkan dianggap
pahlawan karena sering mengadukan murid-murid nakal disekolah, tapi kemudian
banyak yang risih sama Noriko saat dia juga mengadukan pelanggaran-pelanggaran
kecil yang sebenernya ngga perlu dibesar-besarkan. Semuanya berlanjut hingga ia
dewasa, dan hal itu sangat mengganggu temen-temennya. Munculah ide dibenak
teman-temannya untuk menghilangkan nyawa Noriko. Setelah membunuh Noriko,
selang beberapa tahun kemudian temen-temennya mendapat sebuah undangan, semacam
undangan reuni yang katanya dari Noriko, nah disana mereka mulai panik kan? Kok
bisa orang udah mati mengirim undangan? Mereka berempat malah meragukan jika
mereka membunuh Noriko dengan benar. Diakhir cerita, ternyata mereka berempat
sadar jika yang mengirim undangan itu adalah anaknya Noriko, dan undangan itu
adalah pertemuan untuk mengenang kematian Noriko, di pertemuan itu, anak noriko
mengatakan akan memutar video dari kamera yang selalu ibunya bawa kemanapun.
Haha.. disini ceritanya mulai menarik, karena ke 4 temennya ngga sadar tentang
kamera itu dan itu adalah akhir dari kebebasan mereka. Pembunuhan yang dianggap
sudah terkubur, malah mencuat lagi dari video yang diputar malam itu. Rencana tsb adalah ide dari anaknya Noriko yang bernama
Ritsuko. Dia juga amat sangat membenci ibunya karena kegilaannya tentang hukum
hingga membuat hidup Ritsuko layaknya dipenjara, ia memikirkan cara untuk
menyingkirkan ibunya tapi ternyata ke empat teman ibunya sudah melenyapkan sang
ibu tanpa repot-repot mengotori tangan
Ritsuko. Ada suatu adegan dimana salah satu teman ibunya berlutut untuk meminta
maaf tapi Ritsuko malah tersenyum menandakan ia berterimakasih karena
orang-orang itu telah membunuh ibunya. Ritsuko menyadari kenapa ibunya
tergila-gila dengan hukum dan membuatnya terinspirasi untuk mengikuti jejak
ibunya. Dibagian ini emang gila sih, ya, kalo ngga gitu bukan Akiyoshi namanya.
Akhirnya cerita selesai dan Ritsuko kini menyandang tahta
ibunya sebagai monster kebenaran.
Kesan-kesanku terhadap Absolute Justice adalah betapa ngeselinnya si Noriko ini, Seakan di ciptakan menjadi psychopath yang ngebuat pembaca juga kesel dan berfikir 'yaudahlah bunuh aja' meskipun apa yang dilakukannya berada dijalur hukum yang sah.
Ngebuat kita berfikir, hukum bukan pedoman satu-satunya yang digunakan untuk menghakimi sebuah kesalahan, harus ada perasaan, toleransi dan pertimbangan lain yang berperan penting didalamnya.
Oke segitu aja dari diriku, see u next time.
Ngebuat kita berfikir, hukum bukan pedoman satu-satunya yang digunakan untuk menghakimi sebuah kesalahan, harus ada perasaan, toleransi dan pertimbangan lain yang berperan penting didalamnya.
Oke segitu aja dari diriku, see u next time.
Thx bgt udh ngereview buku2 terutama bukunya Akiyoshi yg kadang aku bingung isinya gimana, kalo bisa review buku yang bertema misterinya semacam bukunya Akiyoshi diperbanyak tapi nggak cuma dari Akiyoshi aja. Soalnya aku kalo beli buku pasti yg misteri dan selalu liat review orang lain dulu 😄
ReplyDeleteAda kok novel misteri yang lain yang udah aku review :D kepoin aja semuanya di blog ini :)
Delete